Selasa, 27 April 2010

Perencanaan dalam manajemen syariah

PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN SYARIAH

SUKSES “BY DESIGN”

Warcito* Hendri Tanjung**

*Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun, Bogor

**Dosen Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun, Bogor


Salah satu aspek kehidupan dapat didekati dengan konsep al-Qur’an adalah manajemen. Secara definisi dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Robbin dan Coulter (2007) mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997) menyatakan bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

Menurut Didin dan Hendri (2003) Manajemen dapat dikatakan telah memenuhi syariah bila: pertama, manajemen ini mementingkan perilaku yang terkait denga nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Kedua, manajemen syariah pun mementingkan adanya struktur organisasi. Surat Al An'aam: 65, "Allah meninggikan seseorang di atas orang lain beberapa derajat". Ini menjelaskan bahwa dalam mengatur dunia, peranan manusi tidak akan sama. Ketiga, manajemen syariah membahas soal sistem. Sistem ini disusun agar perilaku pelaku di dalamnya berjalan dengan baik. Sistem pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, misalnya, adalah salah satu yang terbaik. Sistem ini berkaitan dengan perencanaan, organisasi dan kontrol, Islam pun telah mengajarkan jauh sebelum adanya konsep itu lahir, yang dipelajari sebagai manajemen ala Barat.

Perencanaan berkaitan dengan waktu. Unsur pengambilan keputusan merupakan unsur penting dalam perencanaan, yaitu proses mengembangkan dan memilih langkah-langkah yang akan diambil untuk menghadapi permasalahan dalam organisasi atau perusahaan. Pimpinan harus mengambil keputusan tentang ramalan-ramalan situasi yang akan terjadi di masa datang. Misal keadaan ekonomi, langkah-langkah apa yang akan dilakukan oleh pesaing dan sebagainya. Pimpinan harus memutuskan sasaran yang akan dicapai, menganalisis sumber daya yang dimiliki organisasi, bagaimana mengaplikasikannya dalam rangka mencapai sasaran tersebut. Dalam hal ini diperlukan sikap fleksibilitas di dalam menghadapi perubahan.

Selasa, 23 Maret 2010

Prospek Pengembangan SDM di Era Otonomi Daerah

Prospek Pengembangan SDM di Era Otonomi Daerah tema kuliah umum yang diselenggarakan oleh program studi Manajemen Pascasarjana UIKA diselenggarakan pada tanggal 22 Maret 2010. Narasumber Prof. Dr. H. Masydzulhak Djamil Mz, SE, MM. Pengembangan SDM di Era Otonomi Daerah diperlukan kopetensi (skill, Sikap dan Pengetahuan). Selain itu, sikap yang diperlukan adalah kejujuran. Entrepreurship atau jiwa kewirausahaan menjadi penting dalam pengembangan SDM. Ciri-ciri seseorang memiliki jiwa kewirausahaan adalah penuh semangat, jujur, bertanggung jawab dan fokus. diakhir acara pemateri menyampaikan refleksi.

Sukses Bisnis dan Pendidikan dengan Manajemen Islami

Tema Sukses bisnis dan pendidikan dengan manajemen Islami merupakan tema kuliah umum yang diselenggarakan oleh program pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor dengan pemateri Dr. H. Imam Muhajirin Elfahmi, SPd, SH., MM (Pendiri Kampus Magistra Utama, Malang Jawa Timur). Penyampaian materinya menarik, semangat dan ruh manajemen syariahnya kental. Rumus sukses adalah semangat dan percaya diri. beliau menyampaikan diawal usahanya hanya memiliki uang Rp. 1jt tahun 1996, kemudian ketemu salah satu dosen dari perguruan tinggi di Jawa timur yang siap menjadi donatur. Dari pertemuan itu lah, membuka usaha rental komputer. Beliau lulusan dari jurusan Fisika dan sarjana hukum mampu menjadikan magistra utama sebagai lembaga pendidikan yang diakui di dunia internasional. Bagi yang tidak hadir menyesal, ini salah satu pelajaran buat kita dalam proses pembelajaran...sukses pa iman trimakasih.

Senin, 08 Maret 2010

kekuatan berfikir positif

tema penelitian" Peran Kepemimpinan dan Modal Sosial terhadap Kinerja Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA)

Pemberdayaan keluarga intinya adalah mengembangkan sumberdaya manusia, utamanya dari keluarga kurang mampu menjadi manusia mandiri (merdeka) yang kreatif. Menurut Ki Hajar Dewantara, manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Manusia merdeka itu mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan mampu menghasilkan produk yang menguntungkan sehingga dapat mengantar pada kehidupan yang bahagia dan sejahtera (Kartasasmita, 1996).
Posdaya adalah suatu wadah layanan pemberdayaan keluarga oleh satuan tugas (satgas) kepada masyarakat dalam rangka menuju kesejahteraan melalui delapan fungsi keluarga secara terpadu. Tujuan pembentukan posdaya adalah untuk menyegarkan modal sosial, seperti hidup bergotong-royong dalam masyarakat guna membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu dan membangun keluarga bahagia dan sejahtera. Selain itu, posdaya juga ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil, yaitu keluarga, agar dapat menjadi perekat sehingga tercipta kehidupan yang rukun, damai, dan memiliki dinamika yang tinggi (Suyono dan Rohadi, 2007). Tema Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh gaya kepemimpinan dan modal sosial apakah berpengaruh terhadap kinerja posdaya. Mudah-mudahan tema ini akan memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM). Indikator IPM adalah Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi atau kewirausahaan Masyarakat.